SEJAK 28 Agustus 2016, Muhammad Khamim Setiawan meninggalkan tanah kelahirannya, Pekalongan untuk menjalankan misinya menjalankan ibadah haji dengan jalan kaki menuju Mekkah.
Laki-laki 28 tahun tersebut sudah merencanakan dan mempersiapkan aksinya beberapa tahun sebelumnya.
—
’’Sekarang masih di perbatasan Thailand Myanmar jalan menuju Myanmar lalu India,’’ ujar Khamim saat dihubungi via telepon.
Sebelum Thailand, Khamim berjalan sepanjang Pulau Jawa dari Pekalongan, naik kapal fery menuju Lampung, Palembang, Jambi, Batam, langsung ke Malaysia yaitu Johor Bahru dan Padang Besar dan masuk Thailand.
Menurutnya, apa yang melatar belakangi pilihannya untuk jalan menuju Mekkah adalah Issyaroh Bathin atau mencari ridho Allah SWT. Tapi tentu tidak serta merta langsung berangkat.
Sebelumnya, Khamim melalui proses istikharah selama tiga tahun, dibantu oleh pendapat-pendapat ulama dari berbagai pondok, Mulai dari pondok Banten hingga Jember.
Untuk mempersiapkan fisiknya, dia juga dilatih beberapa guru serta kyai untuk bertahan hidup.
’’Pernah puasa selama 10 hari dan bukanya hanya menggunakan air mentah, itu untuk belajar hidup dalam kondisi ekstrim sekaligus,’’ ucapnya.
Sebab dalam niatnya, selama perjalanan Khamim tidak boleh mengandalkan bantuan. ’’Saya tidak bisa meminta atau mengemis,’’ ucapnya.
Saat memulai dari Pekalongan pun, Khamim tidak membawa uang sama sekali.
Hanya jas hujan, jaket, tiga atasan, tenda kecil, GPS, dan HP baru pemberian sahabat.
Tapi sepanjang perjalanan, Khamim tidak bisa menolak pemberian orang-orang yang melihatnya. Malah ada yang memberinya ATM supaya bisa digunakan untuk mengurus visa dan lainnya.
Dalam perjalanannya, Khamim lebih banyak jalan pada malam hari. Siang biasanya digunakannya untuk istirahat. Namun bila harus mengurus visa, dia harus mengorbankan waktu istirahatnya.
Karena malam hari harus tetap jalan. Sepanjang perjalanan pula, Khamim mendapatkan banyak hikmah dan pelajaran.
Beberapa hari dia pernah coba dirampok. Di Thailand, Khamim yang sulit menjumpai makanan halal memutuskan untuk berhenti dan beribadah di masjid.
Tidak lama kemudian, salah seorang muslim di masjid malah memberinya makanan halal yang fresh.
Saat di Bangkok, Khamim juga diajak salah seorang anggota PPI Thailand untuk berkenalan dengan pemberi sertifikasi makanan halal yang berasal dari Indonesia.
Rencananya, Khamim tidak menarget berapa lama dia bisa sampai ke Mekkah. Yang penting, dia fokus mencari strategi menyiasati lamanya visa yang diberikan per-negara dengan prediksi jarak tempuh yang harus dilaluinya dengan berjalan kaki.
’’Tidak ada target, hanya mengikuti rencana Allah SWT, bukan rencana diri sendiri. Lagipula rencana diri akan mengikutsertakan nafsu dan mengikuti nafsu tidaklah baik,’’ ungkapnya.